|
Ekspresi Malu |
Pendataan madrasah kian gencar dilakukan. Madrasah-madrasah pun semakin disibukkan dengan aktifitas lain di luar KBM. Aplikasi demi aplikasi pendataan pun telah banyak dirilis oleh Kemenag. Semuanya dilakukan demi mewujudkan madrasah yang lebih baik.
Sejak beberapa tahun lalu, aplikasi Education Management Information System (Emis) mulai diberlakukan Kemenag untuk melakukan pendataan. Melihat istilahnya dengan bahasa Inggris, membuatnya terkesan keren dan hebat. Operator madrasah pun yang melakukan entri data di aplikasi Emis tersebut merasa gagah dan bangga.
Namun, kebanggan lenyap seketika tatkala ada orang tua siswa yang berujar, "Naon nyakolakeun ka MI mah teu boga NISN, jiga sasakolaan wae". Sungguh bagaikan petir di siang hari mendengar kata-kata itu. Sakitnya tuh di sini, dina jero hate. Ternyata semua jerih payah selaku operator madrasah seolah tidak ada artinya. Cape gawe teu kapake.
Meski begitu, demi menjunjung moto "Madrasah lebih baik, lebih baik madrasah", semangat selaku operator madrasah dalam melakukan pendataan tidak akan surut. Namun tetap saja rasa malu tak terbendung. Mengapa? Karena sempat beberapa kali sejak beberapa tahun yang lalu ikut menyampaikan janji Kemenag yang akan memfasilitasi dalam penerbitan NISN. Asalkan data Emis lengkap, NISN otomatis terbit. Namun, semester demi semester, dari Emis ke Emis lainnya, yang ditunggu tak kunjung muncul.
Demi menjaga pamor madrasah, yang menjadi keunggulan madrasah diupayakan terus ditingkatkan sekemampuan madrasah. Sebaliknya, terus berusaha menghilangkan dan memperbaiki yang dianggap menjadi kelemahan madrasah. Sehingga berkat kerja keras bersama, kini madrasah tak lagi menjadi sekedar alternatif bagi orang tua yang menyekolahkan anaknya, tetapi pelan-pelan sudah menjadi pilihan. Sesuai salah satu visi madrasah, madrasah itu populis, jangan sampai karena hal sepele, visi tersebut hanya menjadi mimpi. Jangan sampai prodak semacam NISN yang dihasilkan dari aplikasi lembaga lain yang hanya menggunakan istilah lokal (Dapodik), menjadi masalah bagi aplikasi dengan istilah internasional (Emis).
Ketika dulu urusan NISN masih diserahkan ke madrasah, tak segan-segan lembaga selevel madrasah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten. Dengan demikian maka, kita semua yakin Kemenag pun akan dengan mudah berkoordinasi dengan level setingkatnya, yaitu Kemdikbud. Sehingga NISN tak lagi menjadi "kelemahan" bagi madrasah.
Ayo! Kemenag bisa!
ADS HERE !!!